Oleh: Dr. Muh Tahir Saenong, SKM., M.Kes
Pakar Kesehatan Masyarakat
Di tengah meningkatnya beban pembiayaan kesehatan Nasional, pendekatan promotif dan preventif semakin mendesak untuk menjadi prioritas. Selama ini, sistem kesehatan Indonesia masih sangat bertumpu pada penanganan kuratif. Akibatnya, biaya kesehatan melonjak dari tahun ke tahun, terutama karena tingginya angka penyakit tidak menular (PTM) dan penyakit menular yang masih menjadi ancaman serius.
Angka Kesakitan Masih Tinggi
Data di lapangan menunjukkan bahwa angka kesakitan masyarakat belum mengalami penurunan signifikan. Penyakit tidak menular seperti diabetes, hipertensi, stroke, dan penyakit jantung terus meningkat karena pola hidup yang kurang sehat.
Di sisi lain, penyakit menular seperti tuberkulosis, DBD, dan diare masih mewarnai berbagai daerah, terutama wilayah dengan sanitasi buruk.
Banyak masyarakat baru berobat ketika penyakit sudah parah, sehingga biaya penanganan menjadi jauh lebih besar.
Beban Pembiayaan Semakin Berat
Kondisi ini berdampak langsung pada pembiayaan kesehatan. BPJS Kesehatan menghadapi tekanan besar karena mayoritas klaim berasal dari penyakit kronis yang sebenarnya dapat dicegah sejak dini. Pembiayaan kesehatan nasional pun didominasi oleh upaya kuratif, bukan pencegahan. Akibatnya, negara harus menanggung biaya yang jauh lebih tinggi dibandingkan apabila fokus diarahkan pada upaya menjaga masyarakat tetap sehat.
Keterbatasan Tenaga Kesehatan dan Mutu Layanan
Permasalahan berikutnya adalah minimnya tenaga kesehatan masyarakat yang bertugas menjalankan program promotif dan preventif.
Di banyak daerah, tenaga promosi kesehatan, epidemiolog, maupun sanitarian jumlahnya sangat terbatas. Pelayanan kesehatan juga belum merata; masyarakat di daerah terpencil masih kesulitan mengakses fasilitas kesehatan yang memadai.
Mutu layanan promotif dan preventif pun belum merata karena keterbatasan sarana, sumber daya manusia, dan dukungan teknologi.
Promotif dan Preventif Sebagai Solusi Efektif
Sejumlah pakar menilai bahwa menekan angka kesakitan melalui promosi kesehatan dan kegiatan preventif adalah langkah paling efisien untuk mengurangi biaya kesehatan jangka panjang.
Upaya promosi kesehatan dapat dilakukan melalui kampanye perilaku hidup bersih dan sehat, edukasi publik tentang gizi seimbang, peningkatan aktivitas fisik, dan pemanfaatan digital health untuk menjangkau kelompok masyarakat yang lebih luas.
Sementara itu, kegiatan preventif seperti skrining kesehatan rutin, imunisasi lengkap, perbaikan sanitasi, serta deteksi dini penyakit kronis dapat mengurangi kasus penyakit berat yang membutuhkan perawatan mahal.
Dengan mendorong masyarakat melakukan pemeriksaan dini, penyakit dapat ditangani sebelum berkembang menjadi kondisi berat.
Tenaga Kesehatan Masyarakat sebagai Ujung Tombak
Tenaga kesehatan masyarakat perlu menjadi motor penggerak utama upaya promotif dan preventif. Mereka berada paling dekat dengan masyarakat dan memahami persoalan kesehatan di akar rumput. Penguatan kapasitas tenaga kesehatan masyarakat, penambahan formasi, serta pemberian insentif layak akan meningkatkan efektivitas program pencegahan.
Tidak hanya sektor kesehatan, pendekatan lintas sektor juga diperlukan melalui kebijakan Health in All Policies. Pendidikan, lingkungan, hingga sektor pertanian harus terlibat dalam menciptakan lingkungan yang mendukung hidup sehat.
Membangun Sistem Kesehatan Berorientasi Cegah Sakit
Upaya menekan biaya kesehatan bukan hanya urusan pemerintah atau fasilitas kesehatan, tetapi tanggung jawab bersama. Ketika masyarakat lebih sehat, negara tidak lagi terbebani biaya pengobatan yang tinggi. Penguatan program promotif dan preventif harus menjadi investasi utama, bukan pelengkap.
Jika Indonesia ingin keluar dari lingkaran biaya kesehatan yang terus membengkak, maka menjaga masyarakat tetap sehat adalah pilihan paling rasional. Kini saatnya mengubah paradigma: lebih baik mencegah daripada mengobati bukan sekadar slogan, tetapi strategi utama pembangunan kesehatan nasional.(*)
Tidak ada komentar