✍️Oleh: M. Dirwan & Rizal Pahlevi
Kehadiran Prof. Dr. Abdul Mu’ti, M.Ed., sebagai Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah yang baru membawa angin segar dalam dunia pendidikan Indonesia. Sosoknya dikenal luas sebagai seorang akademisi dan cendekiawan yang memiliki rekam jejak panjang dalam mengembangkan konsep pendidikan berbasis nilai-nilai keislaman yang inklusif dan terbuka. Di tengah tantangan dunia pendidikan saat ini, seperti disparitas kualitas antar daerah dan rendahnya literasi, Abdul Mu’ti muncul sebagai figur yang diharapkan mampu menjawab berbagai permasalahan dengan perspektifnya yang progresif.
Sebagai akademisi, Prof. Dr. Abdul Mu’ti memiliki pandangan bahwa pendidikan harus membentuk generasi yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga berkarakter. Pandangan ini tidak datang tanpa dasar. Latar belakangnya sebagai Guru Besar di bidang Pendidikan Islam serta pengalaman panjangnya sebagai Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah memberikan fondasi kuat dalam memahami tantangan pendidikan di Indonesia. Baginya, pendidikan bukan sekadar pengajaran di ruang kelas, melainkan proses membentuk manusia seutuhnya yang siap menghadapi kompleksitas dunia.
Keberhasilan Abdul Mu’ti dalam dunia pendidikan dan organisasi keagamaan membawanya menjadi tokoh yang dihormati. Namun, tantangan yang ia hadapi sebagai Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah tentu tidak mudah. Salah satu isu krusial adalah ketimpangan akses pendidikan antara daerah perkotaan dan pedesaan. Meski teknologi digital berkembang pesat, masih banyak sekolah di pelosok yang kekurangan sarana dan prasarana dasar. Di sinilah, peran Abdul Mu’ti diharapkan mampu menggerakkan kebijakan yang berpihak pada pemerataan pendidikan bagi seluruh anak bangsa, bukan hanya mereka yang berada di perkotaan.
Selain itu, tantangan lain yang harus dihadapinya adalah penerapan Kurikulum Merdeka yang mengedepankan kemandirian belajar siswa. Kurikulum ini memerlukan adaptasi baik dari guru maupun murid, agar tidak sekadar menjadi konsep di atas kertas. Sebagai sosok yang aktif dalam pengembangan pendidikan berbasis nilai, Abdul Mu’ti memiliki kesempatan untuk memadukan kebijakan pemerintah dengan pendekatan berbasis karakter yang humanis. Ini penting agar proses pendidikan di Indonesia tidak hanya menjadi transfer pengetahuan, tetapi juga pembentukan akhlak dan nilai-nilai kemanusiaan.
Namun, kritikan terhadap kebijakan pendidikan yang digulirkan pemerintah tentu tidak terhindarkan. Beberapa pihak mungkin mempertanyakan apakah pendekatan Abdul Mu’ti mampu menjawab permasalahan yang lebih pragmatis seperti keterbatasan infrastruktur atau ketimpangan anggaran pendidikan antar daerah. Meski begitu, ketegasan dan integritasnya sebagai akademisi memberikan harapan bahwa kebijakan yang ia terapkan akan lebih inklusif dan terarah.
Kepemimpinan Prof. Dr. Abdul Mu’ti diharapkan membawa perubahan signifikan dalam dunia pendidikan dasar dan menengah Indonesia. Dengan kombinasi antara pendekatan keilmuan dan visi humanisnya, ia memiliki peluang untuk membentuk generasi yang tidak hanya kompeten, tetapi juga memiliki karakter kuat. Tentu saja, kesuksesan ini tidak bisa dicapai hanya dengan kebijakan dari atas, tetapi juga dukungan dari seluruh pemangku kepentingan pendidikan, guru, orang tua, dan masyarakat.
Perjalanan masih panjang, dan Prof. Dr. Abdul Mu’ti telah memulai langkahnya dengan penuh semangat. Harapan besar dari masyarakat menyertai setiap kebijakan yang ia buat. Bagaimanapun, ini bukan sekadar tentang seorang menteri baru, melainkan tentang masa depan pendidikan Indonesia yang lebih adil, merata, dan berkualitas.
Penulis
M. Dirwan, mantan peneliti BPTP Sulteng, pemerhati pendidikan dan sosial.
Rizal Pahlevi, pegawai Dinas Pendidikan / Pemerhati Pendidikan dan Guru Sekolah
Salam Pendidikan.(*)