SAR Ungkap Dampak dari Gagasan Program Listrik Masuk Sawah dan Sebut Sudah Dipraktikkannya

oleh -10 views

Metromilenial online.com, SIDRAP–Salah satu program unggulan H. Syaharuddin Alrief-Nurkanaah jika terpilih menjadi Bupati Sidrap dan Wakil Bupati Sidrap pada Pilkada 2024 tahun ini, salah satunya adalah sektor pertanian.

H. Syaharuddin Alrief yang juga merupakan candidat Doktor Ilmu pertanian UNHAS ini memiliki konsep matang disektor pertanian, salah satunya soal listrik masuk sawah.

Saat ditemui wartawan di rumah kaca, Pangkajene, Kecamatan Maritenggae, Sidrap, Kamis (18/ Juli/2024), SAR akronim nama Syaharuddin Alrief mengurai gagasannya tentang listrik masuk sawah.

Diungkapkannya bahwa program tersebut bukan teori, namun sudah dipraktikkannya sendiri bahkan telah ia terapkan juga pada petani yang mengeluhkan kesulitan air. Ide itu muncul dan dipraktikkan SAR sejak 2019 silam.

“Jadi program ini sudah saya praktikkan sendiri, juga di beberapa tempat saya masukkan listrik masuk sawah,” ungkapnya.

SAR bahkan juga telah menghitung perkiraan jumlah sawah tadah hujan di kabupaten Sidrap, yakni sekira 31 ribu hektare dan potensi pendapatan rakyat Sidrap dari sawah yang selama ini mengandalkan tadah hujan jika menggunakan listrik.

Menurutnya dengan listrik masuk sawah akan berpotensi menurunkan biaya produksi dan meningkatkan pendapatan hasil padi petani. Hal itu bahkan telah ia hitung.

Dampak positif lainnya adalah, mengurangi bahkan menghilangkan penggunaan gas melon 3kg untuk pompanisasi juga penggunaan bahan bakar minyak seperti solar.

Sekretaris DPW NasDem Sulsel tersebut menerangkan berdasarkan hitungannya biaya BBM dan gas melon untuk mesin pompanisasi pertahunnya hampir mencapai Rp4,8 juta, jika menggunakan listrik akan memangkas biaya hingga Rp. 3 juta, karena untuk biaya listrik sebanyak Rp1,8 juta per hektar.

“Jadi kalau dihitung total dari jumlah luas 31 ribu haktare lahan tadah hujan. Maka biaya produksi bisa ditekan hingga Rp93 Miliar, ” ucapnya.

Jika biaya menekan produksi pompanisasi bisa dikurangi, maka dampak lainnya adalah peningkatan produksi padi, karena air lancar ditopang dengan pupuk yang lancar, maka akan mempengaruhi pertumbuhan padi petani yang lebih bagus. Misalnya jika sebelumnya 5 ton menjadi 7 ton, artinya ada peningkatan 2 ton, atau jika dirupiahkan sekitar Rp6 juta per musim.

“Kalau dikali 2 kali panen berarti untungnya petani ada peningkatan jadi Rp12 juta perhaktare. Kalau ditotal dari 31 ribu haktare dari daerah tadah hujan itu petani kita bisa dapatkan Rp372 miliar setiap tahun,” katanya.

SAR juga mengemukakan gagasan bagaimana program tersebut bisa terealisasi jika nantinya dipercaya oleh masyarakat untuk memimpin Sidrap, dimana konsep tersebut akan menyentuh dan menguntungkan mulai dari hulu hingga sampai hilir. (Bahri/*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *